Senin, 25 April 2011

KARTINI-KARTINI MAHABHARATA

Dewi Angraini

Salah satu tokoh dalam kisah Mahabharata antara lain disebutkan nama Dewi Anggraini. Dia adalah istri dari Prabu Ekalaya, Raja Paranggelung merupakan seorang bidadari yang sangat cantik. Peranannya sebagai sang ratu, sangat membantu Prabu Ekalaya dalam menjalankan pemerintahannya.

Prabu Ekalaya adalah seorang ksatria yang selalu mendalami ilmu perang dan sangat mahir dalam memanah setara dengan Arjuna. Ilmu memanah tersebut didapatkan setelah dia mengadakan perjalanan jauh untuk menemui Resi Dorna yang merupakan guru dari Pandawa dan Kurawa. Karena gagal meminta Dorna untuk mengajarkan ilmu memanah kepadanya, Ekalaya kemudian bersemedi dan mendapatkan sabda membuat patung Dorna dan melakukan pendalaman ilmu dihadapan patung tersebut. Sampai pada akhirnya Ekalaya berhasil menguasai ilmu tersebut.

Selama Ekalaya melakukan perjalanan memenuhi ambisinya, Anggraini setia menunggu di lingkungan istana. Sampai suatu saat Ekalaya kembali dari pertapaannya.

Pada suatu saat, dikarenakan kesibukan Ekalaya menjalankan pemerintahan, Dewi Anggraini diutus untuk melakukan perjalanan ke Hastina. Ditengah perjalanan, rombongan sang ratu dihadang oleh segerombolan tentara musuh. Pasukan Paranggelung tak kuasa melawan. Anggraini melarikan diri ke dalam hutan. Disana dia berjumpa dengan Arjuna yang sedang bersemadi dan meminta tolong kepadanya.

Kecantikan Dewi Anggaraini membuat Arjuna berhasrat padanya. Arjuna bersedia menolongnya dengan syarat bisa mendapatkan istri Parbu Ekalaya tersebut. Sebagai istri yang setia, Anggraini menolak permintaan tersebut dan mengadukan hal tersebut kepada Sang Prabu sehingga terjadi perselisihan Prabu Ekalaya dengan Arjuna.

Srikandi

Srikandi merupakan puteri kedua dari Prabu Drupada raja Negara Pancala dan Dewi Gandawati, putri Prabu Gandabayu dengan Dewi Gandini. Srikandi mempunyai dua saudara kandung bernama Dewi Drupadi/Dewi Kresna dan Arya Drestadyumna. Srikandi sangat mahir dalam menggunakan senjata dan juga pandai dalam ilmu peperangan. Kepandaian menggunakan senjata panah didapat ketika berguru pada Arjuna. Dalam kisah selanjutnya diceritakan Srikandi menjadi istri Arjuna.

Srikandi merupakan prajurit wanita yang handal. Dia menjadi contoh bagi prajurit-prajurit wanita lainnya. Dia pernah menjadi senopati perang Pandawa. Dan terakhir, dengan panahnya, Srikandi dapat menewaskan Bisma.

Bahwa Anggraini dan Srikandi merupakan teladan bagi kaum wanita dijamannya. Keduanya menempatkan diri sebagai wanita yang memiliki kemampuan yang sama dengan kaum lelaki tanpa melupakan kodratnya sebagai wanita yang juga berperan sebagai pendamping hidup.

Emansipasi telah dijalankan pada masa Anggraini dan Srikandi. Menjadi wanita adalah kehendak yang Maha Kuasa. Namun dalam proses perjalanan di dunia genetika tidak menjadi hambatan untuk dapat mencapai cita-cita kehidupan. Peran dan tanggungjawab yang diberikan merupakan moral yang harus dijalankan. Semua dijalankan dengan batasan yang jelas. Anggraini menjalankan tugasnya dengan bijak. Tetap setia pada Ekalaya, mempertahankan kehormatan dan menolak tawaran Arjuna.

Persamaan peran bukan selalu berarti pemerataan hak, begitu sebaliknya. Persamaan dan pemerataan hak berdampak pada ketidakharmonisan alam. Alam telah menciptakan dan menetapkan peran dan hak pada masing-masing elemennya. Penyimpangan akan menimbulkan ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan berujung pada kekacauan.

Emansipasi bukan sebagai mengakali takdir Illahi melainkan sebagai penyeimbang dalam kehidupan. Pemenuhan kewajiban masing-masing gender menjadi timbal balik yang harus dijalankan dengan baik. Itu pulalah mengapa di dunia ini ada pria dan wanita. Apa jadinya jika di dunia ini hanya ada pria saja atau hanya ada wanita saja. Pria dan wanita perlu bahu membahu dalam posisi perannya masing-masing.

Pemahaman emansipasi perlu bertransformasi dari persamaan hak menjadi pemahaman partisipasi yaitu suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama dalam suatu situasi sosial tertentu dimana dapat menimbulkan atau memberi kesempatan untuk berinteraksi dengan pihak lain sehingga menjamin terjadinya pemenuhan terhadap kekurangan secara individual maupun kelompok, dalam hal ini adalah pria dan wanita. Keduanya tetap pada lingkaran kodratnya (tidak melewati batas) namun memiliki fungsi saling melengkapi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar