Senin, 09 Mei 2011

Cermin

Pernah mendengar cerita atau kisah tentang Snow White atau dalam versi Indonesianya lebih dikenal dengan Putri Salju? Dongeng yang mengisahkan seorang putri yang amat sangat cantik yang tak tertandingi oleh kecantikan siapapun. Mungkin kalau hidup di jaman itu, saya pasti akan berusaha mendapatkan sang putri untuk dijadikan pendamping hidup (boleh donk berkhayal…). Dongeng tersebut sampai sekarang masih popular masyarakat terutama di kalangan anak-anak. Di dalam dongeng tersebut, sama halnya dengan cerita-cerita sejenis, selalu menceritakan tentang kebaikan melawan kejahatan dimana kejahatan selalu dikalahkan oleh kebaikan. Kebaikan selalu menang. Cerita yang sangat baik sebagai penyampaian nasihat-nasihat kepada anak-anak.

Dulu saya juga tertarik dengan cerita Putri Salju itu. Dimana sang Ratu yang berkuasa pada saat itu selalu ingin menjadi yang tercantik di dunia. Sang Ratu selalu ditemani oleh sebuah cermin sakti yang dapat berbicara. Sang ratu setiap hari selalu bertanya kepada cermin siapa yang paling cantik di dunia ini. Setiap kali ditanya, sang cermin selalu menjawab wanita yang paling cantik di dunia adalah Putri Salju. Betapa sang ratu mendengar hal itu. Dengan segala upaya, sang ratu berusaha untuk memusnahkan sang putri. Namun selalu gagal. Sang cerminpun selalu mengatakan bahwa Putri Saljulah wanita yang paling cantik di dunia.

Saya tidak bermaksud berkisah tentang Putri Salju karena saya bukan pendongeng. Lagipula kalau saya bercerita kembali tentang Putri Salju ini, nggak enak dengan penulis atau pendongeng lain yang sudah lebih senior dari saya.

Dari kisah Putri Salju tersebut, saya tertarik dengan tokoh cermin. Kenapa? Diceritakan bahwa si cermin selalu berkata jujur. Dia jujur mengakui bahwa Putri Salju adalah yang tercantik. Begitu pula pada saat Putri Salju sedang mati suri akibat memakan apel beracun pemberian sang ratu yang menyamar menjadi nenek penjual apel, cermin mengatakan pada saat itu sang ratulah yang tercantik di dunia (karena sang putri sebagai saingan sang ratu sudah dianggap tidak ada). Tetapi begitu sang putri hidup kembali, cermin kembali mengatakan wanita tercantik adalah Putri Salju.

Di sekeliling sayapun ada cermin. Ada yang besar, ada yang kecil. Ada yang tergantung di dinding, ada yang berdiri di atas meja. Ada yang di kamar tidur, ada yang di kamar mandi. Bahkan di kendaraanpun pasti ada cermin. Kegunaannyapun beragam. Jika di dalam rumah, cermin biasanya digunakan untuk kepentingan pribadi saya, untuk melihat tubuh, melihat wajah, melihat dandanan, melihat gaya (taruhan, pasti setiap orang pernah bergaya didepan cermin). Sedangkan dikendaraan, biasanya digunakan sebagai kaca spion untuk melihat kendaraan yang berada di belakang dan di samping kendaraan yang saya tumpangi.

Setiap orang yang menggunakan cermin selalu percaya pada bayangan yang dimunculkan dicermin. Pada saat mengenakan pakaian, kita mempercayakannya pada cermin apakah kita sudah rapih atau belum, apakah gaya kita sudah benar atau belum, apakah ada yang tertinggal atau tidak. Dalam berkendaraanpun kita juga mempercayakan keamanan mengemudi pada cermin (baca: spion), apakah ada kendaraan dari arah samping atau tidak sehingga kita aman untuk pindah jalur, apakah ada atau tidak kendaraan lain di belakang sehingga kita aman untuk memundurkan kendaraan.

Mengapa kita percaya kepada cermin? Ini bukan sekedar kisah dongeng tentang Putri Salju dimana sang ratu juga percaya pada cermin.

Jawabannya adalah kejujuran.

Cermin disini selalu mengungkapkan segala sesuatunya tanpa ditutup-tutupi. Apa yang ada didepannya, akan selalu dipantulkan kembali apa adanya. Wajah yang cantik, wajah yang ganteng, wajah yang jelek, wajah yang kotor semua akan terpantul kembali pada cermin. Warna putih, warna merah, warna biru dan warna lainnya akan dipantulkan kembali sama dengan yang sebenarnya. Tidak mungkin kan orang dengan kulit putih berbaju merah berkaca di depan cermin bayangan yang terpantul menjadi orang dengan kulit hitam berbaju biru? Kalopun terjadi, jangan-jangan mata anda yang salah.

Sekali lagi, belajarlah pada cermin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar